Articles

Affichage des articles du septembre, 2014

My Life with the Saints

To be a Saint Means to be Myself Antonius Siwi Dharma Jati, SJ Judul                : My Life with the Saints Pengarang      : James Martin, SJ TahunTerbit     : 2006 Penerbit           : Loyola Press, Chicago Pengantar Seorang rahib trapis, Thomas Merton, dalam bukunya New Seeds of Contemplation menuliskan to be a saint means to be myself. Kata-kata itulah yang menginspirasi James Martin, seorang imam Yesuit, merefleksikan pengalaman-pengalaman pengenalan dan devosinya terhadap para kudus dalam buku My Life with the Saints. Hampir dalam setiap bagian dalam buku ini, ia mengutip kata-kata Merton. Ia menyelesaikan penulisan buku ini pada waktu masih skolastik filosofan. Akan tetapi, di bagian akhir ia menuliskan bahwa refleksinya terhadap kehidupan para kudus tidak akan per...

Metode Dialektika dalam Berfilsafat

Metode Dialektika dalam Berfilsafat Dalam buku Lysis [1] , Platon menggambarkan proses dialektika antara Sokrates dengan Menexenos dan Lysis tentang persahabatan. Dialektika yang terjadi antar tiga orang tersebut menggambarkan sebuah proses yang tidak begitu saja mempercayai sesuatu sebagai kebenaran yang mutlak, melainkan mempertanyakannya dengan cara menegasi atau mencari “yang tidak” sehingga selalu memunculkan kemungkinan lain. Dalam sebuah proses dialektika tentang persahabatan, Sokrates mengemukakan dua buah tesis. Tesis pertama yang dikemukakan ialah “yang sama niscaya selalu membutuhkan sahabat yang sama” (to homoion to homoio anagke aei philon einai). Hal ini berarti bahwa orang baik akan bersahabat dengan orang baik, sedangkan orang jahat bersekongkol dengan sesama komplotan jahat. Tesis tersebut disanggah dengan sebuah bukti bahwa “yang sama belum tentu bersahabat dengan yang sama”. Misalnya: “yang sama-sama jahat, sangat tidak mungkin untuk bersahabat” dan begitu ...